Dalam Keterbatasan, Veridiana : Mereka Bisa Survive Untuk Menjaga NKRI di Perbatasan

Reses di Perbatasan NKRI, Politisi PDIP Kagum Kesetiaan Warga

Berita Utama DPRD Politik
Reses Veridiana Huraw Wang, Ketua Komisi 3 DPRD Kaltim. Tiada akses jalan memadai, harus susuri banyak anak sungai untuk menyeberang sepanjang perjalanan Long Bagun - Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu. (foto : dok. Veridiana).
Reses Veridiana Huraw Wang, Ketua Komisi 3 DPRD Kaltim. Tiada akses jalan memadai, harus susuri banyak anak sungai untuk menyeberang sepanjang perjalanan Long Bagun – Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu. (foto : dok. Veridiana).

HUKUMKriminal.net, SAMARINDA : Veridiana Huraq Wang, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim melakoni reses masa sidang III tahun 2022 dengan menuju ke wilayah utara Kaltim, di daerah perbatasan yang menjadi Daerah Pemilihannya (Dapil) 5.  

Antusiasme warga hadiri reses, kegiatan penyerapan aspirasi warga setempat. (foto : dok. Veridiana).
Antusiasme warga hadiri reses, kegiatan penyerapan aspirasi warga setempat. (foto : dok. Veridiana).

Ketua Komisi 3 DPRD Kaltim itu reses ke daerah Kabupaten Kutai Barat, dan Kabupaten Mahakam Ulu beberapa waktu lalu yang menorehkan beberapa cerita menarik.  Seperti diceritakan Veridiana baru – baru ini melalui telepon selulernya, dengan antusias.

Veridiana, perempuan energik yang telah mengabdi sebagai wakil rakyat sejak tahun 2004 atau hampir 4 periode berkarir di Gedung DPRD Kaltim, Karang Paci tersebut, berurai cerita suka duka dalam perjalanan ke perbatasan.

Berbagai aral melintang menurut anggota Fraksi PDI Perjuangan ini harus dilewati selama di perjalanan menuju ke Dapilnya, mengingat medan berat harus dilewati akibat infrastruktur jalan yang rusak berat.

Belum lagi akses Jembatan yang minim, yang mengharuskan kendaraan menyeberang dengan melintasi  banyak anak sungai, sehingga tidak jarang harus bermalam di hutan.

“Jalur ke sana banyak lewat anak-anak sungai, semacam Sungai Paluq yang lebar di Kecamatan Long Pahangai  Kabupaten Mahakam Ulu,“  ungkap Veridiana memulai ceritanya.

Jika air sungai pasang, lanjutnya, harus nunggu air sungai turun beberapa jam, bahkan hingga satu malam atau satu hari.  Belum lagi listrik penerang yang terbatas di perbatasan, sehingga menghambat akses telekomunikasi.

Baca Juga :

Seperti di Desa Long Lunuk, Kecamatan Long Pahangai, menurut Veri, masyarakat di sana merindukan listrik 24 jam.

“Yang ada sekarang, listrik  di kampung tersebut hanya hidup dari  jam 6 sore sampai jam 6 pagi,“ ujar Veri mengkiritisi krisis listrik di perbatasan tersebut.

Akibatnya sangat parah tidak ada jaringan internet, padahal di sana ada Bandara printis Datah Dawai yang harus beroperasi dengan bantuan subsidi pemerintah yang berperan penting, terutama untuk mengangkut orang sakit.

Belum lagi untuk pendidikan yang butuh jaringan internet untuk menunjang pembelajaran di sekolah, sehingga menurut Veri harus diperjuangkan.

Meskipun harus melewati duka di perjalanan, kelaparan dan kelelahan tanpa ada akses telekomunikasi karena ketiadaan signal. Namun Veri mengaku merasa senang, kala bertemu dengan masyarakat setempat.

“Sukanya kala bertemu dengan masyarakat, kita disambut senyum sangat ramah sehingga menghapus lelah. Dan terutama saya salut serta bangga, mereka bisa survive untuk menjaga NKRI di perbatasan.“ pungkas Veri dengan rasa kagum mengakhiri ceritanya. (HUKUMKriminal.net)

Penulis : @my

Editor   : Lukman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *