Novita : Bagaimana Mungkin Kami Bisa Melupakan Peristiwa Itu

Keluarga Korban Bom Gereja Oikumene Tolak Eks ISIS Kembali ke Indonesia

Berita Utama Pemerintah Pusat
Novita Sagala, orang tua Alvaro yang menjadi korban peristiwa bom Gereja Oikumene pada tahun 2016. (foto : Gladis)

HUKUMKrimanal.net, SAMARINDA : Keluarga korban bom Gereja Oikumene Samarinda menolak keras wacana pemerintah untuk memulangkan 600 eks ISIS dari Suriah, menurut keluarga korban, tidak menutup kemungkinan eks ISIS tersebut jaringannya akan kembali mengakar di Indonesia.

Novita Sagala, orang tua Alvaro yang menjadi korban peristiwa bom Gereja Oikumene pada 2016 silam mengaku hingga kini masih trauma dengan peristiwa tersebut, iapun khawatir kejadian itu akan kembali terulang jika pemerintah memulangkan eks ISIS tersebut.

“Bagaimana mungkin kami bisa melupakan peristiwa itu, kami sangat trauma, kami takut gerakan mereka akan kembali mengakar di Indonesia, dan kami takut kejadian itu akan terulang kembali,” ujar Novita Sagala saat ditemui di ruangan kerjanya di Polresta Samarinda, Senin (10/2/2020).

Penolakan tersebut bukan tanpa alasan, menurutnya hingga kini masih membekas dalam ingatannya terkait tragedi pemboman Gereja Oikumene pada 13 November 2016 silam, tidak hanya itu anak-anak yang menjadi korban tersebut hingga hari ini masih menjalani proses pengobatan akibat luka bakar yang dideritanya.

“Kami sangat menolaknya, karena kami sudah mengalaminya, mungkin beda dengan mereka yang belum pernah mengalaminya, jadi kami sangat-sangat menentang untuk pemulangan mereka,” tambahnya.

Senada dengan ibunda Alvaro, keluarga korban lain ibunda Trinity Hutahean yang hingga saat ini masih menjalani proses pengobatan di Guangzhou Tiongkok mengaku kaget atas wacana tersebut, menurutnya aksi terorisme yang terjadi 4 tahun silam membuat hidupnya menderita, apalagi saat ini putri kesayangannya masih menjalani pengobatan dan operasi akibat luka bakar yang merusak kulitnya.

“Kami sangat menolak mereka untuk kembali ke Indonesia, mereka teroris yang sangat jahat, anak kami menjadi korban, putri saya masih menjalani pengobatan dan terus menerus di operasi akibat luka bakar, kami sangat menderita, banyak aksi kekerasan yang dilakukan oleh terorisme, seharusnya itu menjadi pembelajaran agar pemerintah serius menanganinya, bukan pemerintahan malah mengembalikan ISIS itu, kami sangat menolaknya, karena mereka sangat kejam,” ujar Sarina Gultom, orang tua Trinity Hutahean saat dihubungi via WhatsApp.

Serangan bom terjadi pada Minggu 13 November 2016 di Gereja Oikumene Jalan Cipto Mangunkusumo Samarinda Kalimantan Timur, akibat peristiwa tersebut 4 korban yang semuanya anak-anak menjadi korban, satu orang meninggal dunia akibat luka bakar yang cukup parah, sementara tiga lainnya Alvaro Sinaga, Trinity Hutahean dan Anita Kristobel hingga kini masih menjalani proses pengobatan akibat luka bakar yang dideritanya. (HK.net)

Penulis : Amin Gladis

Editor   : Lukman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *